Skip to content

2000 Al Quran Untuk Mamuju

Tobadak

Kalau kita bertanya kepada sesorang yang menunggangi sepeda motor berlumpur di pertigaan Benteng, kenapa terlihat gelisah, dengan singkat dia akan menjawab, “saya tidak mau kehujanan saat di gunung” Kenapa? Terbayang jika hujan, saat mendaki gunung roda sepeda motornya berputar tapi tidak melaju. Biasanya kalau mendung semakin menghitam mereka memilih segera pulang atau menginap di rumah teman atau keluarga dengan harapan besok jalanan lebih ‘bersahabat’.

Jalan Menuju Tobadak

Meski berjarak hanya 40 kilometer, tarif ojek sepeda motor menuju Tobadak VII mencapai 60 ribu. Saat musim hujan tarifnya bisa melonjak hingga 90 ribu bahkan 100 ribu. Dan jangan heran jika kita di tengah perjalanan menjumpai mobil yang rodanya dibalut rantai besi, sebab jika tidak dibalut dengan rantai besi mobilnya jalan ditempat karena jalanya berlumpur.

Sayangnya kebanyakan umat Islam di sini tidak memahami islam . Tidak jarang terlihat ritual agama lain masih digunakan oleh Muslim di pedalaman-pedalaman yang belum tersentuh dakwah. Seperti sebagian kecil wilayah tenggara yang berbatasan dengan hutan lindung.

Tobadak dulunya merupakan Unit Pemukiman Transmigrasi (UPT), berjarak 40 km sebelah tenggara ibukota kabupaten Topoyo. Menurut rencana 520 al-Qur’an akan kami distribusikan ke desa Tobadak I sampai Tobadak VIII. Sekitar 100 kepala keluarga muslim eksodus Timor-Timur di antaranya tinggal di UPT-UPT tersebut

Owu

Desa ini terletak di kecamatan Rio Pakava kabupaten Donggala propinsi Sulawesi Tengah, Sebanyak 60 warga di sini masih sangat asing dengan al-Quran. Semuanya muslim namun karena tidak ada dai yang membimbing dan kondisi ekonomi yang di bawah rata-rata membuat mereka lebih banyak waktu di lahan. Kondisi yang sama juga di dua desa transmigrasi yang mengapit Owu di sisi utara dan selatan yang didiami sekitar 230 warga muslim. 5 kilo lagi owu.


Pola hidup masyarakatnya sangat jauh dari tuntunan Islam. Anak-anak biasa bermain dengan seekor anjing. Atau seorang wanita yang duduk di teras rumah dengan pakaian ala kadarnya, sekelompok pria bertelanjang dada berjalan menuju kebun-kebun, serta sekolah dasar yang sunyi karena tidak ada muridnya menjadi pemandangan yang biasa.

Lain lagi jika hujan mengguyur, jalan tanah merah yang berlumpur ini akan siap menggelincirkan siapa saja yang melintas. Kondisi jalan yang sudah meletihkan perasaan sebelum dilalui itulah yang mungkin membuat sebagian dai enggan untuk bertugas dan tinggal di sini. Sehingga tidak heran jika selama Ramadhan lalu tidak ada dai yang ceramah di masjid-masjid untuk memberikan siraman rohani bagi penduduk kampung.

Selain dua daerah diatas team Yawash juga akan membagikan al-Quran ke Pantolobete, Pasangkayu, Hok, Taranggi, Bulubonggu, Pamanua, dan Karossa

Untuk berpartisipasi dalam wakaf 2000 Al qur’an untuk Mamuju bisa menghubungi sekertariat kami. Semoga Amal kita diterima Allah SWT dan menjadi amal jariyah yang kelak menjadi pembela kita di yaumul kiamah. Aamin