ayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah (YAWASH) kembali menunjukkan komitmennya dalam mendukung generasi shalih-shalihah dalam rangka memberantas buta al-Qur’an, khususnya di wilayah terdalam dan pelosok.
Kali ini, YAWASH melakukan ekspedisi wakaf al-Qur’an ke pedalaman Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten, pada Sabtu-Ahad, 12-13 Oktober 2024.
Kami tiba di lokasi tujuan pukul 18.30 di sebuah yayasan pendidikan Islam. Tepatnya di Desa Katumbiri, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang, Provinsi Banten.
Empat kilometer sebelum tiba di lokasi, kami harus melewati hutan dengan kondisi jalan berbatu dan berlubang. Tidak ada penerangan, hanya mengandalkan sorot lampu dari kendaraan yang kami tumpangi.
Kami disambut lima orang santri Paud Qur’an dan Ustadz Asep Gustiana Nugraha. Selain itu, Uda Yusuf dan istrinya. Setelah hujan reda, kelima santri itu pulang.
Kami ngobrol dengan Uda Yusuf, relawan yang bersemangat mengajak kaum muhsinin membantu pondok pesantren, lembaga pendidikan Islam, dan yatim piatu yang membutuhkan bantuan.
“Terima kasih banyak jika dipercaya untuk menyalurkan bantuan dari para dermawan, insya Allah saya siap membantu,” ujar Uda Yusuf.
Malam semakin larut, kami justru bertambah semangat untuk menggali kisah perjuangan Ustadz Asep, dalam merintis Yayasan Pendidikan Islam (YPI) Mabdaussa’adah.
YPI Mabdaussa’adah didirikan pada tahun 2020. Tak mudah memang, perlu waktu, curahan pikiran dan tenaga. Kini, muridnya berjumlah 60 orang, mulai dari Paud Qur’an, MDTA hingga MI. Mereka belajar bergantian karena ruang kelasnya terbatas, dimulai pukul 07.00 hingga 17.00. Mereka diajar oleh dua orang guru yaitu Ustadz Asep dan istrinya.
Di teras depan tampak pemandangan yang memilukan. Ada rak-rak yang dipenuhi al-Qur’an dan buku Iqro’ yang sudah rusak dan tidak layak pakai.
YAWASH kemudian mengganti dengan al-Qur’an dan buku Iqro’ yang baru, bahkan YAWASH pun memberi puluhan kerudung dan sarung dari para donatur maupun muhsinin.
“Terima kasih al-Qur’annya, kami senang mendapat al-Qur’an baru,” ungkap Rizal, (murid kelas 6 MI) dan Rian (murid kelas 6 MI) sambil tersenyum.
“Alhamdulillah, terima kasih buku Iqro’nya, Allahu Akbar,” ujar Kelpin (murid kelas 3 MI).
Ustadz Asep di depan para muridnya mengatakan bahwa semua orang mempunyai hak dan cita-cita yang sama meskipun berada di pelosok. “Kita punya hak dan cita-cita untuk maju dan sukses,” ujarnya.
Ia pun menyampaikan doa sebagai rasa syukur kepada Allah SWT. “Semoga para donatur atau dermawan yang peduli kepada kita dimurahkan rezekinya, dipanjangkan umurnya dan berkah, bahagia di dunia dan akhirat, al-Fatihah,” ungkapnya.
Kebahagiaan juga dirasakan oleh santri di Pesantren Nurul Falah Bani Surya. Pesantren yang didirikan tahun 2002 ini berokasi di Desa Waringinjaya, Kecamatan Cigeulis, Kabupaten Pandeglang.
“Jazakallah khairan katsira atas perhatian dan pemberian al-Qur’an juga sarungnya, semoga para donatur dan dermawan yang peduli mendapat pahala yang terus mengalir dari Allah SWT,” ucap Ustadz Muhammad Badrudin, lulusan pesantren di Cibitung ini.
Sekretaris YAWASH, M Azmi, menegaskan bahwa di pelosok negeri ini masih banyak yang membutuhkan al-Qur’an, buku Iqro’, sarung, jilbab, dan sarana ibadah lainnya.
“Oleh karena itu, yuk, kita bantu mereka,” ajak M Azmi. *Dadang Kusmayadi/sejutaquran.org