Senja di Kaimana. Itulah judul tembang lawas yang diciptakan Surni Warkiman, seorang pengarang lagu di era 60-an.
Bagi generasi 1970-an dan 1980-an, lagu tersebut bisa dinikmati pemirsa TVRI waktu itu.
Lagu Senja di Kaimana lahir dalam suasana perjuangan Trikora. Lagu tersebut menjadi penyemangat para pejuang Trikora saat bertugas merebut Irian Barat pada 1960-an dari kekuasaan Belanda.
Namun, bukan itu yang akan dikisahkan di sini. Akan tetapi, perjuangan anak-anak muda yang bedakwah tak kenal lelah di pelosok Kaimana, Papua Barat. Mereka adalah Pemuda Hidayatullah.
Mereka rutin berdakwah sebulan sekali. Dan sudah berjalan beberapa tahun terakhir. Meski panas terik maupun hujan lebat mereka pantang mundur. Bahkan, gelombang laut yang cukup tinggi pun tak menciutkan nyali mereka.
Berdakwah dan membina masyarakat di perkampungan Muslim sepanjang pesisir Kabupaten Kaimana tidaklah mudah. Berbagai kendala kerap harus mereka hadapi. Bukan saja tantangan alamnya yang menantang, tetapi juga kendala sarana untuk menuju ke lokasi.
Untuk mendatangi kampung-kampung di pesisir Kaimana itu, mereka menggunakan longboat. Sewa untuk sekali perjalanan sebesar Rp 2-3 juta. Kadang dipinjami longboat dari jamaah binaan Hidayatullah di kota Kaimana. Pemuda Hidayatullah hanya membeli bahan bakarnya saja.
Tebar Wakaf Al-Qur’an
Kamis, 30 Juli lalu, awan mendung menghiasi langit Kaimana pagi itu. Selepas merampungkan seluruh kegiatan di masjid, beberapa pemuda bersiap untuk berlayar. Mereka akan mendatangi kampung-kampung Muslim yang berada di pesisir Kabupaten Kaimana.
Pada kesempatan tersebut, Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah melakukan kegiatan “Tebar Al-Qur’an” dengan menggandeng Pemuda Hidayatullah Kaimana di beberapa distrik di Kabupaten Kaimana.
Kabupaten Kaimana adalah salah satu kabupaten di Provinsi Papua Barat. Di sebelah timur berbatasan dengan Kabupaten Nabire, Kabupaten Dogiyai dan Kabupaten Mimika. Di selatan berbatasan dengan Laut Arafura, dan di sebelah barat dengan Kabupaten Fakfak.
Distribusi wakaf al-Qur’an kali ini dilakukan oleh 7 personel. Mereka adalah 5 orang Pemuda Hidayatullah Kaimana, Ketua DPD Hidayatullah Kaimana (Hasdar Ambal), dan Kadiv Diklat SAR Hidayatullah Papua Barat (Miftahuddin).
“Penyebaran al-Qur’an ini merupakan bagian dari program Pemuda Mengabdi yang bersinergi dengan Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah (YAWASH),” kata Ketua Pemuda Hidayatullah Kaimana, Fadhlurrahman Anshari.
“Dengan mainstream gerakan dakwah dan pendidikan, kami ingin semakin meneguhkan kiprah pemuda dalam mengabdi dan mencerdaskan kehidupan bangsa, salah satu bentuknya adalah pengentasan buta aksara termasuk buta huruf al-Qur’an,” kata Fadhel, panggilan akrab Fadhlurrahman.
Menurut Fadhel, pendistribusian al-Qur’an kali ini cukup menantang. Sebab, saat ini ombak laut cukup tinggi bisa mencapai 1 hingga 4,5 meter.
Al-Qur’an akan dibagikan ke 12 perkampungan di 3 distrik, yaitu Distrik Kambala, Distrik Arguni Bawah, dan Distrik Arguni Atas.
Lokasinya sangat berjauhan. Karena itu, pendistribusian dilakukan dalam 2 trip perjalanan. Pertama, ke arah barat Kaimana, yaitu ke Distrik Buruway (Edor, Kambala dan Adijaya). Jarak tempuh dari Kaimana ke kampung Edor sekitar 2 jam. Sedangkan untuk menuju kampung Kambala dan Adijaya membutuhkan waktu 4 jam.
Pada perjalanan pertama mereka menghabiskan 250 liter bahan bakar untuk operasional distribusi al-Qur’an.
Perjalanan kedua, menuju Distrik Arguni Bawah dan Distrik Arguni Atas. Jarak tempuh dari kota Kaimana ke kampung Nagura di Distrik Arguni Bawah sekitar 2 jam. Selanjutnya, para pemuda tersebut berlayar dari Nagura ke kampung lainnya (Seraran, Sumun, Ukiara, Waromi, Tanusan) itu membutuhkan waktu sekitar 1 jam.
Setelah selesai distribusi al-Qur’an di Distrik Arguni Bawah, mereka melanjutkan ke Distrik Arguni Atas (Mahua dan Boufwer) memakan waktu sekitar 2 jam.
Imam masjid Nagura menyampaikan rasa terima kasihnya. “Saya selaku imam mewakili seluruh warga kampung Nagura menghaturkan terima kasih atas pemberian al-Qur’an wakaf ini dari para donatur dan berharap juga ada bantuan paralatan shalat serta guru ngaji yang bersedia mengajarkan al-Qur’an di kampung kami,” ungkapnya.
Sementara itu, imam masjid Ukiara pun menyambut baik kegiatan ini. “Terima kasih dan kami mendoakan pengurus, relawan dan para pewakaf al-Qur’an senantiasa diberi kesehatan, rezeki yang cukup, dan limpahan pahala dari Allah,” ujarnya.
“Inilah upaya kami, Pemuda Hidayatullah mengabdi untuk negeri. Mohon doanya agar kami istiqamah di jalan dakwah,” pungkas Fadhel.
Masih banyak TPQ, mushala dan masjid di pelosok Kaimana yang membutuhkan al-Qur’an, Iqra’, sarung, mukena dan sarana lainnya.
Yuk, kita bantu mereka. Meski dalam keterbatasan, mereka tetap semangat menimba ilmu agama.
Jangan lewatkan ladang amal ini. Panggilan dari Surga telah menanti Anda. Insya Allah, pahalanya akan terus mengalir meskipun usia Anda telah berakhir.* Dadang Kusmayadi/sejutaquran.org