YAWASH–Sebuah rakit terbuat dari potongan drum yang dibentuk seperti perahu berukuran 3 X 0,7 meter. Dua buah ‘perahu’ itu lalu digabung dengan meletakkan papan kayu seluas 2 x 3 meter di atasnya. Jadilah rakit tersebut yang menjadi satu satunya alat transportasi jika ingin menyeberang mengunjungi dusun Tobajo Sulawesi Barat.
Dusun Tobajo terletak di seberang sungai Benggaulu. Sungai yang berarus cukup deras dan memiliki lebar kira –kira 100 meter . Menyebrangi sungi ini dengan rakit bukanlah perkara mudah. Sebab bagi mereka yang tidak pernah menyeberang dengan alat transportasi sederhana ini, bisa jadi rakitnya tidak berjalan karena tidak mendapatkan tekanan arus, atau bisa juga rakitnya melaju dengan tidak beraturan atau bahkan tenggelam. Namun bagi yang terbiasa mengunakanya, cukup hanya dengan memainkan posisi rakit, arus sungai secara otomatis akan mengantar penumpang menyeberangi sungai ini.
Dusun Tobajo desa Bulubonggu di kecamatan Dapurang, terletak di hamparan sisi barat hutan lindung Mamuju Utara. Di dusun ini hanya ada sebuah taman kanak-kanak. Sedangkan mereka yang sudah duduk di bangku sekolah dasar dan menengah mau tak mau harus menyeberangi sungai dengan rakit tersebut setiap harinya jika pergi ke sekolah.
Seluruh warganya berprofesi sebagai petani sawit dan kakao , hanya beberapa warga yang masih memilih menanam kopi dan tanaman jangka pendek lainya seperti jagung, padi dll.
Ada dua buah masjid di desa ini. Sayangnya mereka hanya melakukan shalat berjamaah sekali dalam sepekan, yakni shalat Jumat. Posisi Tobajo yang masih terpencil inilah barangkali yang menyebabkan sepinya masjid dari jamaah. Memang, sejak dibukanya dusun ini tahun 1995 belum pernah ada jembatan. Itulah sebabnya penduduk desa kesulitan untuk memasarkan hasil panenan karena membutuhkan biaya tambahan untuk menyewa pembonceng guna menyeberangkan hasil panen hingga ke desa Bulubonggu.
Namun dengan kondisi yang demikian memprihatinkan ini tidak menyurutkan warga untuk tetap istiqomah mengadakan pengajian rutin. Hal ini diakui oleh Bahar Samaila, imam masjid Al-Mukarromah dusun Tobajo yang juga seorang petani, bahwa ia dan jamaahnya banyak mendapat pencerahan sejak diadakan pengajian rutin oleh dai-dai Hidayatullah Bulubonggu awal 2009 silam.
Sedikitnya 60 anggota majelis taklim rutin menghadiri pengajian,walaupun jumlah ini menurut kepala dusun Tobajo, Amir, masih tergolong sedikit jika dibandingkan dengan jumlah kepala keluarga yang ada.
Ustad Marsuki Darusman salah satu dai pembimbing dusun Tobajo yang juga pengasuh di Hidayatullah Bulubonggu, dalam satu kesempatan mengungkapkan bahwa Qur’an dari YAWASH disamping sebagai bahan pengajaran juga adalah sebagai alat untuk lebih dekat lagi dengan jamaah. Bagi dai yang dulunya berprofesi sebagai karyawan di perkebunan kelapa sawit ini membagikan al-Qur’an dari para wakif untuk kampung Tobajo merupakan berkah tersendiri.