Hujan turun dengan deras, selaras suara gendang rebana dari kelompok hadrah marawis santri warga binaan di masjid Lapas Kelas IIA Kembangkuning, Nusakambangan, Cilacap, Jawa Tengah. Palang bertuliskan “Pondok Pesantren Daarut Taubah” juga telah berdiri kokoh di depan masjid.
Wahai saudara salam bahagia
Berbagi rasa penuh suka cita
Kami bertaubat, taubatan nasuha
Kami berharap jadi orang yang bertaqwa
Kami memang pernah bersalah
Tapi itu di masa lalu
Sekarang sudah berubah
Jadi santri Daarut Taubah
Demikian petikan lirik syair marawis yang diciptakan khusus untuk peresmian pondok pesantren di Lapas itu pada Kamis, 15 September 2022 lalu. Pesantren tersebut diresmikan langsung oleh Bupati Cilacap, Tatto Suwarto Pamuji.
“Saya bahagia sekali hari ini, bertemu dengan para warga binaan. Mereka perlu kita bimbing, kita arahkan agar setelah bebas nanti bisa berbuat serta berperilaku baik di masyarakat. Semoga apa yang kita upayakan untuk mereka membuahkan hasil yang bisa kita petik di dunia dan akhirat,” tuturnya dalam sambutan.
Tatto juga memberikan tiga pesan, “Pertama, semoga warga binaan betul-betul menjadikan tempat ini sebagai tempat thalibul ilmi (menuntut ilmu). Kedua, walaupun kita berada di dalam sel, harus senantiasa menjaga kesehatan dan kebugaran dengan menjaga pola makan dan olaraga, dan terakhir, senantiasa menjaga ibadah dan banyak berdoa kepada Allah SWT.”
Sementara itu, Ketua Lapas Kembangkuning, Agus Wahono mengatakan, pendirian pesantren ini menjadi salah satu proses pembinaan kepribadian. “Pesantren ini akan membantu membangun religiusitas warga binaan karena agama menjadi pondasi awal untuk membentuk pribadi warga binaan menjadi lebih baik,” kata Agus.
Ustadz Hasan Makarim, Koordinator Kerohanian Agama Islam Se-Nusakambangan, mengatakan akan ada tim yang menyusun silabus dan kurikulum pesantren khusus di Lapas. “Kurikulum ini nantinya akan menjadi normatif dan mapan untuk dipakai di semua Lapas se-Indonesia,” ujarnya.
Deni Setia Maharwan, warga binaan pemasyarakatan, yang juga diamanahi Ketua Takmir Masjid Lapas Kembangkuning, sekaligus koordinator sel santri, mengatakan, ”Dalam prosesnya, kami menghargai dulu keinginan mereka ingin berubah dan masuk ke kamar santri. Jangan langsung disodorkan dengan target-target,” ujarnya.
“Materi-materinya sudah hampir sama dengan pesantren. Contohnya ada pelajaran aqidah, tauhid, tafsir al-Qur’an, tajwid, tahsin, tahfizh, bahasa Arab, fiqih. Juga ada kajian yang sifatnya tematik dari sejarah Nabi hingga pembahasan tentang kiamat,” papar Deni.
Dalam kesempatan tersebut, Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah (YAWASH) turut meramaikan kegiatan peresmian pesantren dengan membagikan baju koko dan sarung untuk warga binaan. Selain itu, juga wakaf al-Qur’an dan buku-buku keislaman.
“Semoga ini bermanfaat bagi para warga binaan,” ujar M Azmi, sekretaris YAWASH. “Terima kasih kepada para donatur yang telah memberi kepercayaan kepada kami, semoga amal jariyahnya terus mengalir hingga akhir kelak,” imbuhnya.
Mendapat Hidayah
Beberapa warga binaan pemasyarakatan menyampaikan ungkapan syukurnya.
“Saya ingin ibadah yang benar, dulu masih goncang, shalat dan puasa Ramadhan saja bolong-bolong,” ujar Abdul Rauf. “Kemudian selama di sini saya mulai belajar agama, belajar ngaji. Pas ada pendaftaran santri saya daftar, ada syarat-syaratnya. Alhamdulillah diterima. Sekarang saya puasa Senin-Kamis, shalat Tahajud, dan menghafal al-Qur’an. Alhamdulillah, semuanya ini berkat hidaya dari Allah, sekarang saya sudah hafal 6 juz,” papar Abdul Rauf.
Lain lagi dengan Bambang, ia mengungkapkan. “Sebelumnya saya tidak punya basik sama sekali. Shalat saja tidak pernah, apalagi membaca al-Qur’an,” ujar Bambang.
“Sebelumnya saya pindah-pindah lapas di Nusakambangan, saya belum dapat hidayah. Kemudian saya di Lapas Narkotika mulai belajar ngaji dan menghafalnya. Sampai di sini, di Lapas Kembangkuning, saya fokus menghafal. Saya ingin memberikan kebahagiaan untuk orangtua di dunia, saya bertaubat, saya ingin menjadi anak yang shaleh agar doa saya diterima olehn Allah,” paparnya.
Masih banyak saudara kita di pelosok negeri ini yang sedang belajar ilmu agama. Karena itu, yuk, bantu mereka.*Siradjudin Muslim, Dadang Kusmayadi/sejutaquran.org