Skip to content

Senyum Bahagia Santri Taman Belajar Al-Azzam Sukabumi

Pada akhir Februari 2021 lalu, cuaca agak cerah. Biasanya hampir tiap hari turun hujan. Alhamdulillah, pagi itu, anak-anak tampak berdatangan ke Taman Belajar Al-Azzam dengan suka cita.

Taman belajar itu terletak di Kampung Babakan Sawah, Desa Ambarjaya, Kecamatan Ciambar, Kabupaten Sukabumi, Jawa Barat.

Pada kesempatan itu, Yayasan Wakaf Al-Qur`an Suara Hidayatullah (YAWASH) menyerahkan al-Qur’an kepada pengurus serta santri Taman Belajar Al-Azzam.

“Kami mengucapkan terima kasih kepada Yayasan Wakaf Al-Qur`an Suara Hidayatullah yang telah memberikan al-Qur’an untuk kami, insya Allah sangat bermanfaat,” kata beberapa santri yang hadir secara bersamaan.

Rizky, kelas 5 SD menyampaikan ungkapan terima kasihnya. “Jazakallahu khairan katsiran kepada Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah. Saya senang. Insya Allah wakaf al-Qur’annya bermanfaat.”

Sementara itu, Atin Kunrajati, pengurus Taman Belajar Al-Azzam, bahagia menyaksikan santrinya mendapat al-Qur’an.    

“Kami pengurus Taman Belajar Al-Azzam Kampung Babakan Sawah, Desa Ambarjaya, Kecamatan Ciambar, Sukabumi Jawa Barat, mengucapkan terima kasih yang sebesar-besarnya kepada Yayasan Wakaf Al-Qur’an Suara Hidayatullah atas pemberian al-Qur’an dan Iqra’nya,” ungkapnya penuh syukur.

“Insya Allah bermanfaat dan semoga menjadi amal jariyah bagi para pewakaf, pengurus dan relawan,” ujar Atin.

Menurut Atin, kegiatan belajar ngaji di Taman Belajar Al-Azzam baru dilakukan di bulan September 2020 lalu. Awalnya, hanya saudara terdekat yang mengaji tapi kemudian banyak orangtua yang ingin anaknya diajar ngaji. “Tempat ini belum berbentuk lembaga resmi. Kami masih menggunakan teras rumah warga untuk anak-anak belajar mengaji. Jika turun hujan kami tidak mengaji karena teras basah, padahal anak-anak selalu bersemangat mengaji,” papar Atin.

Meski baru beberapa bulan berjalan, tetapi jumlah muridnya kian bertambah. Atin hanya dibantu oleh suaminya, Iqbal. Kini, sebanyak 23 anak tiap hari mengaji. Ada tiga kelompok, pertama yang masih dasar. Kedua, kelompok yang sudah membaca Iqra’ dan ketiga kelompok yang sudah bisa mengaji al-Qur’an.

Santri yang mengaji kata Atin, hanya penduduk sekitar. Mayoritas pekerjaan orangtuanya yaitu bertani. “Karena itu, kami tidak memungut biaya apapun karena orangtua para santri banyak yang tidak mampu.”

“Kami membutuhkan sarana dan prasarana dari para muhsinin agar proses belajar para santri berjalan lancar,” harap Atin.

Meski sarana dan prasarana mereka terbatas, tetapi pengurus dan para santri tetap bersemangat mengajar dan belajar al-Qur’an.  

Masih banyak di pelosok Tanah Air kita yang membutuhkan al-Qur’an dan sarana lainnya. Oleh karena itu, yuk, bantu mereka dengan berwakaf al-Qur’an. Jangan lewatkan ladang amal ini, panggilan dari surga telah menanti Anda. *Dadang Kusmayadi/sejutaquran.org