Pagi itu cuaca begitu cerah. Sinar mentari menerebos pada celah-celah dedaunan dan menambah kehangatan. Tak seperti beberapa hari sebelumnya dimana langit selalu mendung, hingga hujan turun menderas.
Saat itu, beberapa santri bergamis putih tampak berkumpul dan hendak memulai aktivitas di lingkungan Pesantren Hidayatullah Jembrana, Bali. Raut wajah mereka seakan masih menyimpan duka mendalam, sebab asrama yang selama ini mereka tempati hampir ludes dilahap api.
Pada kesempatan itu, (04/11/2021), Yayasan Wakaf al-Qur’an Suara Hidayatullah (YAWASH) membagikan al-Qur’an serta sarung dari para pewakaf kepada mereka. “Terima kasih atas pemberian al-Qur’an dan sarungnya, saya senang sekali,” kata Azzam, santri kelas 5 SD.
“InsyaAllah sangat bermanfaat bagi kami,” ujar Suhail, santri kelas 4, menimpali.
Sementara itu, Ustadz Amrozi, ketua Yayasan al-Islam Hidayatullah Jembrana, Bali menyampaikan ungkapan rasa syukur dan terima kasih.
“Alhamdulillah, masyaAllah. Kami ucapkan terima kasih kepada Yayasan Wakaf al-Qur’an Suara Hidayatullah atas bantuan al-Qur’an dan sarungnya. Jauh-jauh sudah berkenan datang ke tempat kami.”
“InsyaAllah sangat bermanfaat bagi kami,” imbuhnya.
Ustadz Amrozi pun mendoakan, “Semoga Allah membalas kebaikan para pewakaf dengan ganjaran yang terus mengalir dan menjadi bekal di akhirat kelak. Aamiin.”
Seperti diketahui, pada Jum’at (24/9/2021) siang telah terjadi musibah kebakaran di pesantren Hidayatullah di Kelurahan Lelateng, Kecamatan Negara, Kabupaten Jembrana, Provinsi Bali.
Amrozi menjelaskan, bahwa bangunan yang terbakar adalah bangunan dua lantai yang sebagiannya berbahan kayu. Lantai satu, paparnya, digunakan untuk gudang. Sedangkan lantai dua yang berlantai kayu digunakan untuk tempat tidur santri.
“Sejumlah santri tampak syok melihat bangunan yang biasa mereka tinggali nyaris habis dilahap si jago merah,” ujarnya.
“Alhamdulillah, beruntung tidak ada korban jiwa,” imbuhnya.
Pesantren yang didirikan tahun 2014 ini luasnya 800 meter persegi. Saat ini santri yang mondok berjumlah 11 orang. Sedangkan santri TPQ dari masyarakat sekitar ada 35 orang. Mereka dibimbing dan diajar oleh 3 orang guru.
Yuk, kita bantu mereka yang sedang membutuhkan al-Qur’an dan sarana ibadah lainnya agar kembali tersenyum serta dukanya yang mendalam hilang. *Dadang Kusmayadi/sejutaquran.org